Display Seni Mozaik Digital
Artikel Populer :
Integrasi Teknologi AI pada Konservasi Cerita Legenda Sangkuriang dalam Media Visual Seni Mozaik Digital
Deden Maulana A
Abstrak
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengonservasi dan menyajikan kembali cerita rakyat adalah inovasi yang baru dalam era digital. Artikel ini mengkaji tantangan serta peluang integrasi AI dalam visualisasi cerita legenda Sangkuriang, terutama dalam media seni mozaik digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika digital untuk mengeksplorasi bagaimana AI dapat menafsirkan dan memvisualisasikan elemen-elemen budaya tradisional. Beberapa isu utama yang dianalisis meliputi keterbatasan AI dalam memahami simbolisme, kesulitan teknis dalam penerapan visual mozaik digital, dan pertimbangan etika terkait pelestarian narasi budaya. Studi ini bertujuan memberikan pandangan kritis tentang penerapan AI dalam pelestarian warisan budaya tradisional.
Kata Kunci:
AI, hermeneutika digital, Sangkuriang, seni mozaik digital, pelestarian budaya
---
Pendahuluan
Cerita rakyat merupakan komponen penting dalam warisan budaya suatu bangsa. Salah satunya adalah legenda Sangkuriang, yang memiliki peranan penting dalam budaya Sunda di Indonesia. Pada era digital ini, tantangan utama dalam melestarikan cerita rakyat adalah bagaimana mengadaptasinya ke dalam media modern tanpa menghilangkan esensi budaya aslinya. Salah satu pendekatan inovatif yang digunakan adalah integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam media seni mozaik digital. Dengan menggunakan teknologi AI, cerita rakyat dapat ditransformasi menjadi bentuk visual yang interaktif dan dinamis. Namun, hal ini juga menghadirkan sejumlah tantangan, terutama terkait dengan bagaimana AI dapat menginterpretasikan makna simbolis dan memastikan kelestarian nilai-nilai budaya dari cerita asli.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang berfokus pada hermeneutika digital dalam penggunaan AI pada pelestarian cerita rakyat. Langkah-langkah metodologi meliputi:
1. Pengumpulan Data: Mengumpulkan data dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan penggunaan AI dalam konservasi cerita rakyat dan seni digital.
2. Analisis Hermeneutika: Menggunakan hermeneutika digital untuk memahami bagaimana AI menafsirkan dan merepresentasikan cerita Sangkuriang.
3. Studi Kasus Mozaik Digital: Mengamati contoh seni mozaik digital yang berdasarkan cerita Sangkuriang dan menganalisis hasil visualisasi yang dihasilkan oleh AI.
4. Wawancara Pakar: Melakukan wawancara dengan ahli seni digital, AI, dan budaya untuk memperoleh perspektif mereka mengenai aplikasi AI dalam konteks budaya.
5. Validasi Data: Validasi dilakukan dengan triangulasi data dari literatur, studi kasus, dan wawancara.
Hasil dan Pembahasan
1. Tantangan Interpretasi AI terhadap Simbolisme Budaya AI menghadapi tantangan besar dalam menafsirkan simbol-simbol budaya yang terkandung dalam legenda seperti Sangkuriang. Henrickson dan Meroño-Peñuela (2022) menyoroti bahwa AI memiliki keterbatasan dalam memahami nuansa simbolisme dalam narasi kompleks. Simbol seperti gunung dan air, yang memiliki makna mendalam dalam budaya Sunda, mungkin sulit diinterpretasikan secara benar oleh AI (Henrickson & Meroño-Peñuela, 2022).
2. Kesulitan dalam Representasi Visual Melalui Mozaik Digital Penerapan AI dalam menciptakan seni mozaik digital juga menghadapi kesulitan teknis. AI harus mampu menganalisis dan membentuk elemen visual kecil yang tetap dapat mempertahankan esensi cerita. Menurut Tangherlini (2010), seni mozaik digital membutuhkan pendekatan visual yang kompleks untuk menjaga kesinambungan narasi dan mempertahankan simbolisme budaya dalam setiap elemen mozaik (Tangherlini, 2010).
3. Aspek Etika dalam Digitalisasi Cerita Rakyat Selain tantangan teknis, terdapat aspek etika yang perlu diperhatikan dalam proses digitalisasi cerita rakyat. Kinsella (2015) menekankan pentingnya keterlibatan komunitas lokal untuk memastikan bahwa proses digitalisasi tidak menghilangkan nilai-nilai budaya asli (Kinsella, 2015). Keterlibatan ahli budaya lokal sangat penting agar cerita rakyat seperti Sangkuriang tidak mengalami distorsi selama proses digitalisasi.
Kesimpulan
Penerapan AI dalam konservasi cerita rakyat, terutama melalui seni mozaik digital, menawarkan peluang besar namun juga menimbulkan tantangan signifikan. AI memiliki keterbatasan dalam menginterpretasikan makna simbolis, serta kesulitan teknis dalam menjaga keaslian narasi budaya. Selain itu, etika pelestarian budaya harus diprioritaskan dalam setiap tahap digitalisasi. Dengan kolaborasi antara AI dan ahli budaya, warisan cerita rakyat seperti Sangkuriang dapat terus dilestarikan dan dipresentasikan dalam bentuk yang lebih modern tanpa kehilangan esensi aslinya.
Referensi
Capurro, R. (2010). Digital hermeneutics: an outline. AI & SOCIETY, 25(1), 35-42. https://doi.org/10.1007/s00146-009-0255-9
Henrickson, L., & Meroño-Peñuela, A. (2022). The Hermeneutics of Computer-Generated Texts. Configurations, 30(1), 115-135. https://doi.org/10.1353/con.2022.0008
Kinsella, M. (2015). Legend-Tripping Online: Supernatural Folklore and the Search for Ong's Hat. Journal of American Folklore, 128(509), 225-226. https://doi.org/10.5406/jamerfolk.128.509.0225
Tangherlini, T. R. (2010). Legendary Performances: Folklore, Repertoire, and Mapping. Ethnologia Europaea, 40(1), 103-115. https://doi.org/10.16995/ee.1072
Like our GPT? Try our full AI-powered search engine and academic features for free at consensus.app